Selasa, 21 Mei 2013

Laporan observasi matematika di SDN Caturtunggal 3 Yogyakarta


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada umumnya, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang menakutkan bagi para siswa. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut dapat terjadi. Ketika guru melaksanakan pembelajaran di kelas, metode yang digunakan kebanyakan metode ceramah. Metode ceramah bukan berarti dapat dikatakan metode yang tidak layak digunakan. Metode ini lebih mendominasikan guru sebagai pusat perhatian.
            Metode ini dapat digunakan, namun dibatasi penggunaannya. Kebanyakan guru menggunakan metode ini mulai dari awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Hal ini, membuat siswa cepat merasakan bosan dan tingkat pemahaman dan kreativitas siswa juga tidak berkembang secara maksimal. Siswa akan menggunakan cara belajar dengan menghafal apa yang telah dipelajarinya tanpa memahami terlebih dahulu, sehingga pada saat ulangan banyak siswa yang tidak mampu mengerjakan soal dan mendapat nilai yang buruk. Inilah salah satu faktor yang mempengaruhi siswa tidak menyukai mata pelajaran matematika.
            Pada dasarnya, pembelajaran matematika dapat diubah dari mata pelajaran yang tidak disukai siswa menjadi mata pelajaran yang disenangi siswa. Diawali dari perubahan metode pembelajaran yang digunakan guru. Seharusnya guru memfasilitasi siswa dalam mengembangakan kreativitas dan pemahaman siswa bukan membatasi siswa dalam berkreativitas. Sekarang ini, sudah banyak inovasi-inovasi pembelajaran untuk mata pelajaran matematika. Inovasi-inovasi tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan kreaivitas dan pemahaman siswa. Salah satu inovasi pembelajaran tersebut adalah pembelajaran yang mendasarkan pada penerapan “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia” atau disingkat PMRI.
PMRI mendasarkan pada teori pendidikan matematika yang dikembangkan di Belanda yang dinamakan “Realistics Mathematics Educations (RME)”. Kemudian dikembangkan dengan situasi  dan kondisi serta konteks di Indonesia, maka ditambahkan kata “Indonesia”  untuk memberi ciri yang berbeda. Prinsip dan karakteristik dasar dari PMRI
tetap sama mendasarkan pada RME. PMRI berkaitan dengan penalaran, pemahaman, kreativitas dan kepribadian siswa. Dengan menggunakan inovasi pembelajaran ini, guru dituntut untuk menggali kreativitasnya sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa.
            Dalam pembelajaran matematika, guru menggunakan masalah yang nyata yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu guru untuk menjelaskan konsep-konsep matematika, sehingga mempermudah siswa untuk menggunakan penalarannya. Guru juga menggunakan model pembelajaran yang nyata. Dengan begitu, guru memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan penalaran dan kreativitasnya. Selain itu, guru menggunakan konstrubusi siswa, dimana konstrubusi siswa mengembangkan kepribadian siswa yang tadinya tidak percaya diri menjadi percaya diri dalam memberi pendapat ataupun menuangkan pikiran untuk menyelesaikan suatu masalah.
Di sini guru juga mengubah keotoriteran yang telah tertanamkan sejak awal pembelajaran matematika dilaksanakan dengan menggunakan interaktivitas. Siswa menjadi fokus dari segala kegiatan atau aktivitas yang terjadi di kelas. Guru lebih memperbanyak kegiatan-kegiatan yang bersifat intruksional, misalnya kegiatan berdiskusi. Mengintegrasikan mata pelajaran matematika dengan mata pelajaran lain (topik lain), dapat membantu guru memunculkan pemahaman siswa yang terpadu. Dengan adanya inovasi PMRI ini, guru sebaiknya mengubah pembelajaran matematika dengan menerapkan PMRI tersebut. 

B. Tujuan Observasi
            Kegiatan Observasi dilakukan untuk mengetahui:
            1. Metode atau model pembelajaran yang digunakan guru
            2. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
            3. Media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran berlangsung
C. Manfaat Observasi
             Manfaat setelah melakukan kegiatan observasi, yaitu saya dapat melihat secara langsung kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas. Dengan melihat secara langsung, saya mengetahui kekurangan dan kelebihan metode dan model pembelajaran yang digunakan guru. Kegiatan ini, saya jadikan sebuah pengalaman yang nyata dan pengalaman tersebut saya jadikan pembelajaran untuk menjadi seorang guru yang lebih baik.

 
BAB II HASIL OBSERVASI

A. Profil Sekolah dan Profil Kelas
        1.      Profil Sekolah
Nama Sekolah : SD Catur Tunggal 3
Alamat Sekolah : Kocoran (Jl. Kaliurang km 4,5 )
Akreditas : A
Nama Kepala Sekolah : Karti Andayani, S.Pd.SD
Jumlah kelas : 6 kelas (kelas 1 - 6)
        2.      Profil Kelas
Nama Kelas : V
Wali Kelas : Retno Nur Utami, S.Pd.
Jumlah Siswa : 32 orang (16 perempuan dan 16 laki-laki)
Fasilitas Kelas : white board, black board, 2 kipas angin, papan grafik absensi dan data siswa, bendera merah putih, kursi dan meja dan spidol. 
B. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

1. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di Kelas
Pada saat melakukan observasi di kelas ini, guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas, guru menggunakan media nyata, seperti kertas. Kertas tersebut dibentuk menjadi persegi panjang. Guru menjelaskan materi sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan media tersebut. Kebanyakan guru tersebut menjelaskan dengan menggunakan metode ceramah. Suasana kelas tersebut tidak memperlihatkan adanya keaktifan siswa secara maksimal.
Guru menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa memfokuskan dirinya pada guru. Guru tidak melakukan kegiatan apapun yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan penalaran, pemahaman dan kreativitas, misalnya membentuk kelompok untuk berdiskusi. Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas ini bisa dikatakan pelaksanaan pembelajaran yang membosankan.
2. Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa tidak berlangsung lama saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa hanya menyambung kata yang diucapkan guru, seperti guru mengucapkan kata simetri li-, lalu siswa menyambungnya dengan kata –pat. Hanya beberapa siswa yang menggunakan media yang sama sepeti media yang digunakan guru. Pada saat guru menjelaskan di depan, banyak siswa yang tidak bersemangat mendengarkan penjelasan guru tersebut. Hal ini tampak dari posisi duduk anak saat mendengarkan penjelasan guru. Banyak siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja.
Siswa yang maju ke depan untuk menjelaskan hasil pekerjaannya dengan menggunakan media tersebut dipilih oleh guru. Guru memanggil nama siswa tersebut. Hal ini dilakukan guru karena tidak ada yang mau maju untuk menjelaskan hasil pekerjaannya. Terlihat dari hal ini bahwa masih banyak siswa yang tidak percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya.


BAB III PEMBAHASAN

A. Tanggapan mengenai kegiatan pembelajaran
            Menurut saya, kegiatan pembelajaran masih belum mampu mengembangkan tingkat penalaran, kreativitas dan kepribadian siswa. Guru menjadi fokus dari semua kegiatan di kelas. Seharusnya siswalah yang menjadi fokus dari kegiatan yang ada di kelas.  Metode pembelajaran yang digunakan sebenarnya masih kurang maksimal. Seandainya, guru dapat menghidupkan keaktivitasan siswa dengan membuat kelompok diskusi atau guru mampu membuat kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, maka metode pembelajaran tersebut akan berjalan secara maksimal. Kegiatan pembelajaran di kelas membuat siswa cepat merasakan kebosanan. Tidak ada yang menarik dari kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
B. Hal-hal yang dapat dipelajari sebagai seorang calon guru
            Hal-hal yang dapat dipelajari sebagai calon guru adalah
1. Volume suara harus lantang dan tegas saat menjelaskan materi di depan kelas.
2. Percaya diri untuk menggunakan media dalam proses pembelajaran.
3. Murah senyum saat mengajar.
4.Penampilan harus rapi untuk mencerminkan diri sebagai seorang guru (pengajar dan pembimbing).
C. Masukan / ide-ide yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
            Untuk membuat kualitas pembelajaran dapat meningkat dari yang membosankan menjadi menarik  dan menyenangkan bagi siswa, kita sebagai seorang guru perlu memiliki kreativitas dalam berbagai hal. Ketika guru menjelaskan sebuah materi, akan lebih baik menggunakan media pembelajaran. Berusaha untuk menggunakan media pembelajaran yang nyata (yang ada dikehidupan sehari-hari). Jika media yang ada terbatas, guru perlu membentuk kegiatan kelompok diskusi. Media tersebut diberikan pada setiap kelompok agar siswa yang berada dalam kelompok dapat meggunakan media tersebut dengan bersama-sama. Dalam hal ini,  dapat meningkatkan kepribadian siswa, seperti percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya dan menghormati pendapat orang lain.
            Mengubah titik fokus dari guru ke siswa, sehingga siswa dapat berkreativitas. Akan lebih baik, membuat kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, seperti bermain sambil belajar (membuat sebuah permainan yang berdasarkan materi). Dengan adanya permainan, maka siswa akan lebih aktif dan tidak cepat merasa bosan. Guru juga perlu memotivasi siswa agar siswa tidak merasa diabaikan atau tidak diperhatikan. Jika metode pembelajaran masih belum maksimal, maka guru perlu mengubah metode tersebut, seperti metode cermah.  Tidak perlu menggunakan metode ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran. Bila perlu guru mempelajari inovasi pembelajaran PMRI kemudian menggunakannya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
            Kesimpulan dari kegiaan observasi ini adalah bahwa kegiatan pembelajaran matematika di kelas kurang menarik. Model dan metode pembelajaran masih belum dapat mengembangkan penalaran, kreativitas, dan kepribadian siswa. Guru menjadi pusat fokus dari semua kegiatan pembelajaran di kelas dan guru juga belum kreatif dalam membuat kegiatan pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi siswa. Siswa tidak diberi motivasi oleh guru, sehingga siswa tidak bersemangat mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran tersebut.
B. Saran
            Setelah melakukan kegiatan observasi, saran yang diberikan adalah guru perlu mencoba inovasi pembelajaran yang mendasarkan pada penerapan “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia” atau disingkat PMRI. Dengan menerapkan PMRI, kegiatan pembelajaran matematika akan menjadi lebih hidup. Siswa tidak akan takut dengan mata pelajaran matematika dan bahkan membuat siswa senang terhadap mata pelajaran tersebut.





1 komentar:

  1. laporan ini sangat membantu dalam memberi pembelajaran di SD lain

    BalasHapus